Garebeg atau grebeg merupakan salah satu acara ritual Keraton Yogyakarta yang selalu dinantikan tiap tahunnya. Tidak hanya oleh warga Yogyakarta, tapi juga wisatawan. Walau grebeg diselenggarakan tiga kali dalam setahun, namun tampaknya Grebeg Maulud merupakan upacara grebeg yang paling ramai dikunjungi. Kemungkinan karena diselenggarakan saat tanggalan merah, tepat di hari kelahiran Rasulullah.
Sementara dua grebeg lainnya, Grebeg Syawal dan Grebeg Besar, diselenggarakan pada Hari Raya Idul Fitri & Idul Adha, di mana seusai salat warga disibukkan dengan berbagai acara di rumah, kampung atau lingkungan mesjid.
Biasanya rombongan bregodo dan abdi dalem yang membawa gunungan keluar dari Keraton Siti Hinggil sekitar pk.10.00. Namun sejak pagi warga telah mendatangi Alun-alun Lor.
Begitu juga halnya saya, sejak pagi telah bergegas menuju Alun-alun Lor. Tak sabar ingin menyaksikan parade bregodo keraton yang mengkawal gunungan persembahan sang sultan untuk rakyat.
Ya, saya senang mengamati satuan-satuan bregodo yang berbaris dengan lantunan lagu yang berbeda satu sama lainnya. Selain itu, menarik juga untuk belajar mengenali bregodo berdasarkan seragam dan berbagai atributnya.