Tentang JaladwaraArti kata Jaladwara
Istilah Jaladwara mungkin asing bagi publik. Diambil dari nama salah satu elemen candi yang secara harafiah diartikan sebagai talang air. Kami ingin dapat berperan seperti Jaladwara di candi yaitu sebagai media untuk mengalirkan sesuatu. Dalam hal ini mengalirkan informasi & pengetahuan. Berangkat dari ranah akademis, informasi & pengetahuan kami olah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke publik, dengan penyampaian yang lebih membumi. Misi Jaladwara Misi besar Jaladwara yaitu mengajak publik untuk mengenali lebih dalam tanah airnya sendiri, melalui kegiatan pariwisata atau plesir. Oleh sebab itu Jaladwara mengutamakan warga Indonesia sebagai target sasarannya. Kami sadar ini bukan pekerjaan mudah mengingat cara berwisata yang non arus utama belum menjadi prioritas di negeri sendiri. Di mana banyak warga asing yang justru lebih tertarik ingin tahu tentang sejarah dan budaya Indonesia. Namun, bagi kami pengetahuan tentang Indonesia akan jauh lebih bermanfaat jika ditujukan bagi masyarakatnya sendiri. Lokasi tujuan Jaladwara Berhubung latar belakang kami adalah arkeologi, maka kami mengajak kawan-kawan plesir ke tempat-tempat yang tidak biasa, yaitu lokasi-lokasi yang kaya akan kisah sejarah dan budaya. Misalnya kompleks candi, benteng-benteng, kota tua, bangunan lama, bunker zaman PD II, mercu suar, situs prasejarah, dan museum. Juga pasar tradisional, tempat pelelangan ikan, warung kopi, perkebunan teh, tempat pembuatan kapal, dsb. Kegiatan saat wisata Kami tidak sekedar mendongengkan kisah-kisah masa lalu yang barangkali akan membosankan. Di tiap lokasi yang dikunjungi, kami akan mengajak kawan-kawan untuk bermain, mengamati, mengeksplorasi, mengalami dan membuat interpretasi atas hal-hal yang ditemui di lokasi. Tidak lupa, kita juga akan berinteraksi dengan masyarakat yang bisa ditemui di sekitar lokasi yang dikunjungi. Masyarakat setempat sejatinya merupakan narasumber luar biasa yang bisa memberikan kisah orisinil tentang sejarah, budaya dan kebiasaan setempat. Tentunya termasuk dalam hal menyuguhkan kuliner khas sekitar ;-) Prinsip wisata Jaladwara Empat hal yang senantiasa diusung Jaladwara dalam tiap kegiatan, yaitu 1. Edukasi Tiap paket plesir yang kami tawarkan pastinya mengusung misi edukasi agar peserta lebih mengenali tanah airnya sendiri. Untuk itu, kami melakukan serangkaian riset (pustaka, kunjungan lapangan & wawancara) terlebih dahulu & merancang bentuk kegiatan yang dapat mengajak peserta terlibat aktif dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Harapannya dengan metode yang kami pilih, pesan pelestarian yang ingin disampaikan bisa diterima tanpa melalui doktrin. Dan informasi yang diterima dapat tersimpan dengan baik di dalam memori dibanding hanya mendengar cerita dari pemandu. 2. Keberlanjutan Keberlanjutan yang dimaksud tidak hanya dalam hal pelestarian warisan budaya tapi juga dalam hal pelestarian lingkungan. Di dalam setiap aktivitas kami sebisa mungkin menerapkan prinsip zerowaste atau mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan selama kegiatan; mengurangi polusi & kemacetan akibat transportasi yang digunakan; memperhatikan keberlanjutan ekosistem, misal tidak menyentuh karang & memberi makan ikan saat plesir ke laut. Untuk prinsip ini kami tak ingin memberi label “hijau, green atau eco” pada setiap paket plesir yang kami tawarkan. Kami lebih memilih untuk mengajak peserta langsung mempraktikkannya saja. 3. Penghargaan pada warga lokal Seringkali obyek-obyek yang dikunjungi membaur di tengah-tengah pemukiman masyarakat. Oleh sebab itu kami menekankan penghargaan kepada warga lokal pada beberapa kegiatan plesir. Salah satunya dengan menerapkan budaya lokal, seperti aturan berpakaian dan cara berperilaku. Menyantap menu khas dan yang biasa disantap warga lokal menjadi prioritas kami saat mengadakan plesir ke luar kota. Kami menyadari bahwa pariwisata bagai dua belah mata pisau. Ada manfaat bagi masyarakat lokal. Namun lebih banyak dampak buruk mengintai, jika kita tidak menerapkan prinsip kehati-hatian. 4. Interaksi personal Di setiap acara plesir yang ditawarkan, kami melakukan pembatasan jumlah peserta maksimal 15 orang. Banyak yang bertanya, "kenapa sedikit sekali?" Bagi kami slogan "kecil itu indah" cocok sekali dengan konsep wisata yang ditawarkan oleh Jaladwara. Semakin banyak peserta plesir, maka akan semakin besar dampak lingkungan & sosial yang mungkin muncul. Selain itu, jumlah 15 orang merupakan jumlah ideal agar peserta bisa mengenal satu sama lain. Dan memungkinkan tim Jaladwara untuk mengenali & berinteraksi dengan tiap peserta. Dengan kelompok kecil kami lebih bisa mendengar dan mengakomodasi rasa penasaran atau keingintahuan yang lebih saat berdiskusi. Misi edukasi & pelestarian yang kami usung pun akan lebih mudah masuk ke benak tiap peserta. Bagaimana dengan sekolah/kampus yang ingin mengajak siswa/ mahasiswanya plesir dengan Jaladwara? Untuk kepentingan institusi pendidikan kami melakukan pengecualian. Beberapa kegiatan yang kami lakukan bersama institusi pendidikan diikuti oleh lebih dari 20 peserta (maksimal 50 orang). Dan kami pun mengajukan persyaratan ketat untuk itu, seperti penambahan jumlah fasilitator (1 fasilitator : 7 peserta), penekanan untuk meminimalkan sampah & penggunaan kendaraan pribadi, serta kemungkinan untuk melakukan diskusi tahap awal di kelas. |
Sosok di balik JaladwaraTIM INTI K.W.A Wardani (Inu) Lulusan Arkeologi UGM (2010) ini sempat mengadu nasib di Jakarta sebagai staf di Pusat Dokumentasi Arsitektur, sebuah biro konsultan arsitektur konservasi. Salah satu pekerjaannya pada saat itu membuatnya mengenali setiap jengkal Museum Sejarah Jakarta. Kemudian ia memutuskan untuk mengembangkan Jaladwara demi merealisasikan mimpi semasa kuliah, yaitu mempopulerkan dunia arkeologi kepada publik. Ia tertarik pada batu-batu candi, tinggalan kolonial, museum, serta hal-hal yang berhubungan dengan arkeologi lainnya. Saat ini ia sedang belajar otodidak tentang museum, khususnya bagaimana agar koleksi museum dapat ‘bersuara’ dan menjadi obyek belajar yang menyenangkan bagi publik. Armely Meiviana (Mel) Mel lama malang melintang di LSM yang bergerak di isu lingkungan. Pengalamannya itu kemudian ia terapkan dalam program-program Jaladwara yang senantiasa mengusung ide-ide keberlanjutan. Di Jaladwara, Mel berperan penting menjaga konsistensi Jaladwara sebagai jembatan antara akademisi dan publik. Ibaratnya jika Jaladwara mulai ngilmiah tanpa kira-kira maka ia bertugas untuk menggiring kami kembali ke jalan yang lebih bisa diterima oleh publik :D Pada dasarnya ia sudah tertarik dengan hal-hal yang berbau sejarah sejak lama. Jauh sebelum bergabung dengan Jaladwara. Namun, penyampaian yang monoton dan kurang menarik membuatnya ingin menjajal metode-metode baru dalam hal mengkomunikasikan isu sejarah kepada publik. Kontak JaladwaraTelp/ SMS : 0818 0434 0820
WhatsApp : 0818 0434 0820 Surel : [email protected] Facebook : Wisata Arkeologi Jaladwara Instagram : Jaladwara |