Bagi yang bergiat di sektor perikanan mungkin sudah tak asing dengan nama Aruna.id. Sebuah 'start up' yang dirintis Kak Utari bersama kedua rekannya pada 2016.
Kak Utari sendiri lahir dan besar sebagai anak nelayan di pesisir Balikpapan, Kalimantan Timur. Pengalaman hidupnya menginspirasi untuk berbuat sesuatu bagi kehidupan nelayan.
Misi aruna.id: "Ingin menjadikan laut sebagai sumber kehidupan yang lebih baik bagi semuanya."
Yang membedakannya dengan perusahaan lainnya, aruna.id menggunakan teknologi untuk memasarkan hasil laut. Teknologi membantu untuk menghubungkan nelayan dengan pembeli skala besar, seperti pabrik, perusahaan ekspor, supermarket, restoran, dsb. Tidak hanya di dalam negeri, pasar aruna.id juga mencakup AS, Cina, Inggris, Singapura, dsb.
Dengan menggunakan teknologi, aruna.id memangkas rantai panjang penjualan ikan dari nelayan hingga ke tangan pembeli. Manfaat ekonomi yang biasanya hanya dinikmati oleh pengusaha yang langsung berhubungan dengan pembeli skala besar, kini bisa dinikmati oleh para nelayan.
Pendapatan nelayan yang sebelumnya +- Rp 1,5 juta/bulan, kini bisa meningkat jadi Rp 3,5 juta bahkan hingga Rp 15 juta/bulan
Penggunaan teknologi juga memungkinkan para pembeli bisa melacak lokasi tangkap hasil laut dan alat tangkap yang digunakan. Dengan begitu, kelestarian sumber daya laut tetap terjaga.
Hal inspiratif yang diupayakan aruna.id, yaitu mereka tidak hanya memasarkan, tapi juga melakukan pemberdayaan masyarakat pesisir. Caranya?
Nelayan diedukasi dan didorong untuk melaut dengan menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan & tidak menangkap berlebihan, agar keberlanjutan ekosistem laut tetap terjaga
Para ibu dilatih untuk memproses ikan yang sudah ditangkap agar siap untuk dikirim. Sementara anak muda diajak bergabung menjadi 'Local Heroes' untuk membantu nelayan menggunakan teknologi saat melaporkan hasil tangkapan dan membina komunitas nelayan di desa tersebut.
Inisiatif "Local Heroes" menggerakkan anak-anak muda untuk berkiprah, membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kampungnya.
Batin kami pun berbisik,"Hmm..ini perusahaan atau LSM ya?"
Saat sesi pertanyaan, banyak pertanyaan seru yang dilontarkan peserta. Antara lain:
"Seberapa penting sih data untuk nelayan?"
Penting banget. Sayangnya di Indonesia ada banyak data tapi belum ada jembatan untuk mengkomunikasikannya ke nelayan. Untuk apa gunanya data "jumlah ekspor ikan" bagi nelayan?
Perlu diubah penyampaiannya, misal "Pak, ikan yang sekarang laku di pasar bukan krapu merah, tapi krapu bintik." Dengan begitu, data lebih bermanfaat bagi nelayan. Dan itu peran Local Heroes, yaitu menerjemahkan data yang ada di aplikasi kepada nelayan.
"Dulu waktu bikin aruna.id, pakai riset dulu ga kak?" Pertama riset pakai internet. Kedua, selama 3 bulan 'live in' di rumah nelayan di Ujung Genteng, Jabar. Tujuannya untuk ngobrol dan paham permasalahan nelayan. Ternyata masalah nelayan kompleks. Dan mereka butuh solusi yang 'simple'.
"Ada gesekan gak dengan rentenir?" Tentu saja ada. Di beberapa lokasi, rentenir yang juga berperan sebagai pengepul, diajak bekerja sama untuk berperan sebagai tim 'quality control'.
Menurut Kak Utari, sejak di bangku sekolah, ia ingin bisa berbuat sesuatu bagi kampungnya. Namun baru saat kuliah mulai terbayang apa yang ingin ia lakukan. Hingga lahirlah aruna.id
Jadi Kak Utari berangkat dari mengenali permasalahan yang ada di sekitarnya, baru kemudian memikirkan bentuk solusinya. "Yang penting tahu solusinya dulu, teknologi baru menyusul belakangan," tegas Kak Utari.
Wahh, mendadak jadi teringat dengan program-program 'smart city' yang seringkali mengutamakan aplikasi 'smart phone' daripada mengenali akar masalahnya
Apakah kalian termasuk remaja yang ingin berbuat sesuatu bagi tempat tinggalmu? Kalian bisa mengikuti jejak Kak Utari lho dengan mengenali permasalahannya terlebih dahulu.
Terima kasih Kak Utari sudah berbagi bersama kami. Sampai jumpa di lain kesempatan.