Cerita kami awali di Candi Sojiwan. Candi bernafaskan agama Buddha ini menjadi pembuka yang cukup menyegarkan lewat relief binatangnya. Relief binatang yang dipahatkan di sini menyampaikan pesan moral yang sederhana namun sarat makna. Misalnya saja relief seekor sapi jantan yang sedang berjalan kemudian diikuti oleh serigala di belakangnya. Terkisah bahwa si serigala dan istrinya hidup di sebuah daerah yang penuh dengan tikus. Soal makan bukan perkara sulit di sana. Tapi, suatu hari sang istri meminta kepada suaminya untuk diambilkan scrotum [kantung zakar] seekor sapi jantan. Maka untuk memenuhi keinginan istrinya si serigala pun mengikuti kemana pun si sapi pergi, berharap scrotum akan jatuh dan dapat dibawa pulang. Hingga 15 tahun lamanya, scrotum si sapi tak kunjung jatuh. Serigala pun menyerah dan pulang serta melaporkan kepada istrinya bahwa ia gagal membawa scrotumsapi jantan. Hikmah di balik cerita ini ialah jangan sekali-sekali berharap terlalu tinggi pada sesuatu yang jelas tidak mungkin terjadi. Relief ini menyedot banyak perhatian dari seluruh peserta. Lumayan untuk pemanasan guna menempuh perjalanan berikutnya.
Cuaca cerah pagi ini [29/10] menemani tim walking trip Siva Plateau membuka perjalanan. Kali ini ada sepuluh orang peserta ditambah dua orang interpreter dari Jaladwara [Vinsen & Inu]. Mereka ialah Mas Prapto, Mas Ipul, Dek Rinta, Juri [Jogja], serta Reanes, Sob, Sufi, Rizki, Nat, dan Ersa [Semarang]. Kami berduabelas akan menyusuri setidaknya tiga perbukitan hari ini.
Cerita kami awali di Candi Sojiwan. Candi bernafaskan agama Buddha ini menjadi pembuka yang cukup menyegarkan lewat relief binatangnya. Relief binatang yang dipahatkan di sini menyampaikan pesan moral yang sederhana namun sarat makna. Misalnya saja relief seekor sapi jantan yang sedang berjalan kemudian diikuti oleh serigala di belakangnya. Terkisah bahwa si serigala dan istrinya hidup di sebuah daerah yang penuh dengan tikus. Soal makan bukan perkara sulit di sana. Tapi, suatu hari sang istri meminta kepada suaminya untuk diambilkan scrotum [kantung zakar] seekor sapi jantan. Maka untuk memenuhi keinginan istrinya si serigala pun mengikuti kemana pun si sapi pergi, berharap scrotum akan jatuh dan dapat dibawa pulang. Hingga 15 tahun lamanya, scrotum si sapi tak kunjung jatuh. Serigala pun menyerah dan pulang serta melaporkan kepada istrinya bahwa ia gagal membawa scrotumsapi jantan. Hikmah di balik cerita ini ialah jangan sekali-sekali berharap terlalu tinggi pada sesuatu yang jelas tidak mungkin terjadi. Relief ini menyedot banyak perhatian dari seluruh peserta. Lumayan untuk pemanasan guna menempuh perjalanan berikutnya.
0 Comments
|
Blog JaladwaraHalaman ini memuat kisah petualangan Jaladwara. Tak melulu tentang catatan perjalanan trip berbayar melainkan juga pandangan mata saat tim Jaladwara bertualang ke berbagai tempat di Nusantara :) Arsip
March 2021
Kategori
All
|