Yak betul...lokasinya tak jauh dari Candi Prambanan. Tepatnya di Dusun Candi, Desa Karangnongko, Kecamatan Karangnongko, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Untuk menuju ke sana kamu bisa menempuh rute dari Pabrik Gula Gondang Winangun melalui Jalan Deles Indah.
Walau belum populer, arsitektur candi ini menyimpan banyak keunikan sehingga kamu wajib untuk memasukkan Candi Merak ke dalam destinasi wisatamu :)
1. Candi Hindu dengan tiga perwara (candi kecil)
Candi Merak merupakan candi Hindu yang ditandai dengan keberadaan yoni di ruang utama. Seharusnya di atas yoni terdapat lingga sebagai perwujudan Dewa Siva. Namun, lingga hingga saat ini belum ditemukan kembali. Candi Merak menghadap ke sisi timur. Di depannya terdapat tiga candi perwara yang masih berupa reruntuhan.
Warga setempat melaporkan keberadaan Candi Merak kepada Dinas Purbakala (Oudheidkundige Dienst) pada 1924. Reruntuhan candi berada di bawah pohon besar yang dianggap angker oleh warga. Mungkin karena keberadaannya yang cukup menyita perhatian maka warga pun melaporkannya pada Dinas Purbakala setempat.
3. Awalnya bernama Candi Batara Gana
Menurut penjaga candi nama merak diperoleh dari cerita turun temurun bahwa pohon yang menaungi reruntuhan candi itu menjadi sarang burung merak. Namun, Pak Soekmono, salah satu arkeolog pertama Indonesia, menyuguhkan cerita lain tentang penamaan Candi Merak. Sebelumnya warga menyebut candi sebagai Candi Batara Gana karena keberadaan arca Ganesha di atas reruntuhannya. Setelah dilakukan pemugaran dan didapatkan arca lainnya barulah nama candi berubah sesuai dengan pertanda alam pada saat itu, yaitu kehadiran burung merak.
Pada umumnya arca Durga yang ditemukan di Indonesia memiliki delapan tangan. Hal itu bisa diketahui dari banyaknya temuan yang disimpan di Museum Nasional sebagai pusat “penyimpanan” benda-benda arkeologi di Indonesia. Di sana setidaknya ada 44 buah arca Durga bertangan delapan, sementara hanya sembilan arca Durga yang memiliki empat tangan, dua arca Durga dengan enam tangan, dan dua arca Durga dengan sepuluh tangan.
5. Makara berbentuk kepala ular
Umumnya di candi-candi di Indonesia, makaranya berbentuk kepala naga. Tapi di Candi Merak ini berbeda, karena kita akan menemui makara berbentuk kepala ular.
Yoni dengan relief seperti di Candi Merak termasuk langka. Biasanya yoni digambarkan polos atau dilengkapi dengan ornamen naga. Namun, di sini kita akan temukan relief lembu, naga, dan kura-kura pada yoni. Menurut Pak Soekmono, lembu merupakan kendaraan Siva sementara kura-kura dan yoni berfungsi untuk menyangga dunia. Relief tersebut menceritakan kebesaran Siva sebagai Mahadeva yang menguasai dunia.
Pak Soekmono ini merupakan salah satu arkeolog pertama Indonesia. Hasil disertasinya Candi, Fungsi dan Pengertiannya menjadi buku wajib bagi anak arkeologi di Indonesia. Dalam disertasinya itu ia menegaskan bahwa candi bukanlah makam. Sungguh tak menyanka kalau Candi Merak menjadi bahan skripsi Pak Soekmono, tahun 1953. Padahal pemugaran Candi Merak baru rampung tahun 2011. Bisa dibayangkan kondisi candi saat itu yang pastinya masih berupa reruntuhan dan arca-arca pengisi relung dalam kondisi tidak utuh.