Awalnya Tante Ani yang asli Belinyu, Bangka, ini berjualan keliling dengan gerobak selama lima tahun. Lalu garis nasib membawanya untuk menghuni salah satu kios di dalam terminal selama empat tahun. Selanjutnya ia pindah ke tempat yang sekarang ini.
Jadi, mi yang disantap di warung Tante Ani ini buatan sendiri lho. Mi dipastikan tanpa pengawet. Komposisinya hanya terigu dengan telur. Teknik pembuatannya juga masih tradisional dengan menggunakan alat yang dikenal sebagai “kethek-kethekan”. Dalam sehari rata-rata Tante Ani dan suaminya membuat mi sekitar 6-7 kg.
Tekstur mi di sini kenyal dengan cita rasa gurih. Kekuatan mi ayam Bangka ini ada pada bumbu minyak bawang putih. Bumbu pada daging ayam sebagai pelengkap mi menambahkan cita rasa gurih, jauh dari rasa manis. Kecap asin cap Gentong yang legendaris asal Jogja jadi pengikat rasa sehingga menghasilkan kolaborasi yang sempurna.
Jika mi-mi yang lain pakai pokcoy atau sawi hijau sebagai sayurnya, maka Tante Ani memilih sawi putih sebagai isian sayurnya. Sebagai pembeda saja.
Kami sepakat untuk jatuh hati pada kekuatan rasa mi ayam Bangka racikan Tante Ani.
Saat berkunjung ke sana, jangan lupa juga memesan pangsit goreng yang tak kalah juara rasanya. Pangsit pun hasil buatan sendiri.
Ditambah lagi dengan segelas es jeruk yang asli jauh dari berpura-pura. Es jeruk biasanya disajikan oleh orang kepercayaan Tante Ani yang sudah ikut sejak beliau membuka usaha ini.
Kios mi ayam yang senantiasa ramai ini buka tiap hari lho. Hanya tutup di hari Minggu terakhir setiap bulannya.
*tante
**kakak perempuan